Bagi orang-orang yang ingin menjadi penerjemah, pertanyaan yang mungkin muncul dalam pikiran mereka adalah apakah gelar sarjana sastra Inggris (atau bahasa asing lain) dibutuhkan untuk membangun karier di bidang ini.
Ini merupakan pertanyaan yang bagus. Menjadi penerjemah membutuhkan penguasaan
atas dua bahasa, maka dari itu dapat dipahami apabila orang-orang bertanya apakah
mereka membutuhkan gelar yang setidaknya menunjukkan kemampuan mereka dalam
berbahasa.
Oleh karena itu, apakah memasuki jurusan sastra
Inggris diperlukan untuk menjadi penerjemah?
Singkat cerita tidak. Namun, memang gelar ini dapat
membantu dalam beberapa kasus.
Saya memang telah menemukan beberapa lowongan
penerjemah yang secara khusus menyebutkan bahwa posisi itu harus diisi oleh
lulusan sastra Inggris (contohnya jika ingin melamar menjadi ahli penerjemah muda di instansi pemerintah), tetapi ini tidak wajib dimiliki.
Nilai dari jurusan sastra Inggris adalah pendidikan dan jaringan sosial yang
didapat selama belajar dalam jurusan itu, tetapi itu pun dapat diperoleh
tanpa menjadikan sastra Inggris sebagai jurusan kuliah. Terdapat banyak kursus
bahasa Inggris yang dapat diikuti dan mengembangkan jaringan sosial dapat
dilakukan dengan mengikuti asosiasi penerjemah.
Bahkan, seorang penerjemah senior yang saya pernah temui berkata bahwa dalam mendapatkan pekerjaan sebagai penerjemah lepas, sertifikasi dari asosiasi itu jauh lebih penting dibandingkan gelar ataupun tes TOEFL/IELTS.
Selain itu, sepengetahuan saya, nilai kita
sebagai penerjemah itu akan jauh lebih berharga apabila kita berspesialisasi
atau fokus kepada satu atau dua bidang, jadi hanya bisa bahasa Inggris saja kurang cukup. Maka dari itu, menurut saya lebih baik
untuk mengasah bahasa Inggris di luar kuliah sambil memilih bidang lain, seperti
hukum, teknik, dan kesehatan, sebagai pilihan jurusan.
Dalam beberapa kasus, bahkan saya beropini bahwa memasuki
jurusan sastra Inggris bisa menjadi beban. Berdasarkan penelitian saya (yang
saya harus akui memang terbatas), secara umum penerjemahan itu sebaiknya
dilakukan dari bahasa asing ke bahasa asli. Dalam kasus saya, karena saya
menghabiskan empat tahun kuliah hanya mengasah kemampuan bahasa Inggris saya, ini
justru menjadi hambatan. Maka dari itu, jika ingin memilih sastra Inggris
sebagai jurusan, jangan lupa juga untuk mengasah kemampuan bahasa Indonesia.
Jadi, itulah kurang lebih opini saya. Semoga ini bisa
menjadi pertimbangan Anda yang ingin menjadi penerjemah di masa depan!
Comments
Post a Comment